Dosen Hubungan Internasional Terbitkan Buku Membahas Gerakan Transnasional Femen

Dosen Hubungan Internasional, Dias Pabyantara Swandita Mahayasa, menerbitkan buku berjudul “Perjalanan Aktivisme Feme: Tubuh-Tubuh Perjuangan di Era Posfeminsime”. Ketika pertama kali muncul sekitar tahun 2013, Femen menggegerkan publik internasional dengan protes telanjang dada yang mereka lakukan di depan Presiden Putin dan Kanselir Merkel. Gerakan perempuan yang berawal di Ukraina ini sontak menuai pro dan kontra tidak hanya di publik luas, namun juga di kalangan aktivis perempuan. Cara protesnya yang kontroversial dianggap kontra produktif dengan semangat kesetaraan gender. Namun, terlepas dari pro kontranya, Femen membuktikan berhasil eksis sampai sekarang dengan mengusung model aktivisme yang agresif. Buku ini mengantarkan kita untuk memahami kemunculan Femen dari sudut pandang domestik dan internasional. Termasuk di dalamnya memberi gambaran mengenai posfeminisme dan bagaimana Femen memberikan catatan serius terhadap pendekatan ini.

Buku ini menyediakan telusur mengenai bagaimana tubuh perempuan diartikulasikan sebagai bagian penting dari perjuangan melalui gerakan sosial. Femen sebagai gerakan transnasional mengubah makna tubuh alamiah yang dimiliki semua perempuan menjadi senjata untuk mencapai tujuan gerakannya. Tidak banyak gerakan sosial yang “berani” memilih jalan radikal dengan mengeksploitasi tubuh perempuan untuk alat protesnya, setidaknya tidak secara radikal bertelanjang dada seperti yang Femen lakukan. Mungkin kebanyakan masih enggan bersinggungan dengan dilema moral dan makna sosial dari tubuh itu sendiri. Kemungkinan lainnya, mayoritas gerakan berbasis gender menganggap perkara strategi gerakan yang terlalu provokatif akan kontraproduktif dengan tujuan gerakan mereka. Apapun itu, tidak banyak gerakan yang menggunakan, atau mungkin memilih, jalan yang digunakan Femen.

Karya ini merupakan pemantik diskusi yang menarik dalam melihat persoalan tubuh dan politik. Selain itu, karya ini juga merupakan sumbangan pemikiran dari akademisi Hubungan Internasional FISIP Universitas Jenderal Soedirman terhadap kajian gerakan sosial, gender dan globalisasi. Kedepan diharapkan akan muncul lebih banyak karya-karya dengan semangat dan sumbangan serupa dari akademisi FISIP UNSOED.

Salam FISIP!

Salam Solidaritas!