Suasana meriah memenuhi sebuah lapangan pada Rabu, (16/8) lalu, ketika tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional dari Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menyelenggarakan sejumlah acara dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-78. Mereka menngadakan perlombaan futsal, menggambar, dan mewarnai untuk anak-anak yang belajar di PPWNI (Pusat Pendidikan Warga Negara Indonesia) Klang, Malaysia.
Yaser, salah seorang mahasiswa KKN Unsoed, menjelaskan, ” sedang berlangsung pertandingan futsal antara kelas enam melawan kelas lima.” Ia juga bertindak sebagai wasit dalam perlombaan futsal tersebut, dengan bantuan rekan-rekannya dan salah satu guru tetap PPWNI.
Suasana semarak juga dirasakan dari arah gedung serbaguna yang disewa sebagai tempat belajar anak-anak. Saat itu, para mahasiswa sedang memimpin dan memantau lomba menggambar dan mewarnai. Sheila, salah satu penanggung jawab acara ini, mengungkapkan, “Anak-anak begitu antusias, bahkan partisipasi hari ini melampaui jumlah yang terdaftar pada pendaftaran kemarin.”
Rangkaian perayaan 17-an ini merupakan bagian dari program kerja tim mahasiswa KKN Unsoed yang terdiri dari Yaser Al Kadri, Tasya Putri Lestari, Sheila Salsabila Rosyada, Yulia Mar’atus Sholichah, dan Fathurahman Nurwan. Kelima mahasiswa tersebut telah mengabdikan diri di PPWNI Klang selama hampir sebulan.
Mereka dengan penuh semangat mengajar anak-anak Indonesia di sana dari pukul 8 pagi hingga 5 sore setiap harinya. Meskipun mengaku lelah, kelima mahasiswa ini mengakui kegembiraan mereka dalam berkontribusi kepada anak-anakpara pekerja migran yang kurang beruntung dalam hal akses pendidikan.
PPWNI Klang adalah lembaga pendidikan yang memberikan layanan khusus kepada anak-anak Indonesia yang kesulitan mendapatkan pendidikan formal di Malaysia. Dwi Hatmoko, seorang guru tetap di lembaga ini, mengungkapkan bahwa hampir 90% siswa di sana mengalami hambatan dalam akses pendidikan karena kendala administratif, terutama terkait dokumen-dokumen resmi.
“Dokumen-dokumen mereka kerap belum lengkap, bahkan ada yang kehilangan paspor. Ini tantangan besar yang harus diatasi. Namun kita juga tidak bisa melanggar aturan setempat,” kata Dwi.
Dwi yakin membuka pintu pendidikan adalah langkah yang bijaksana. “Kita perlu meyakinkan pihak lokal bahwa pendekatan ini lebih bernilai daripada membiarkan permasalahan terus bergulir. Ini adalah permasalahan yang mesti ditangani bersama.”
Dwi merasa senang dengan kehadiran mahasiswa KKN di lembaganya. Kehadiran mereka memberikan kesan mendalam pada anak-anak di PPWNI. Para guru dan mahasiswa berharap kerjasama ini akan menjadi tonggak bersejarah, memantik semangat belajar di kalangan para siswa.
Salam FISIP! Salam solidaritas!