Purwokerto, 11 Juni 2025 – Dalam upaya menciptakan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan ramah bagi seluruh mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman menggelar Pelatihan Pencegahan Kekerasan Seksual, Perundungan, dan Intoleransi bagi Dosen Pembimbing Akademik (PA). Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu, 11 Juni 2025 di Aula FISIP, sebagai bagian dari komitmen kampus dalam mendukung agenda Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 4 (Pendidikan Berkualitas) dan Tujuan 5 (Kesetaraan Gender).

Kegiatan ini digagas oleh Divisi Student Advisory, Career Development Center FISIP Unsoed. Ketua Panitia, Neneng Sobibatu Rohmah, S.Sos., M.I.P., menekankan bahwa dosen PA memiliki posisi strategis dan peran yang sangat penting, bukan hanya sebagai pembimbing akademik, tetapi juga sebagai tempat pertama mahasiswa menyampaikan keluh kesah, bahkan trauma yang mungkin mereka alami. “Pelatihan ini kami selenggarakan untuk membekali para dosen PA dengan wawasan, keterampilan, dan sensitivitas yang dibutuhkan dalam mendampingi mahasiswa secara lebih komprehensif. Kami ingin memperkuat kapasitas dosen PA sebagai garda terdepan dalam pencegahan kekerasan di kampus, sejalan dengan amanat Permendikbudristek No. 55 Tahun 2024,” ujarnya.
Dalam pelatihan ini, hadir dua narasumber utama:
Dr. Tri Wuryaningsih, M.Si. (Ketua Satgas PPKPT Unsoed), yang memaparkan kerangka kebijakan dan tanggung jawab sivitas akademika dalam membangun ekosistem kampus nir kekerasan.
Dr. Rr. Setyawati, S.Psi., M.Si. (Psikolog UMP), yang menguraikan pendekatan psikologis dalam bimbingan akademik, termasuk penggunaan Trauma-Informed Approach (TIA) untuk membangun rasa aman dan mendeteksi distress psikologis mahasiswa.

Dekan FISIP, Prof. Dr. Wahyuningrat, dalam sambutannya menggarisbawahi bahwa isu kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi adalah tantangan serius dalam dunia pendidikan tinggi. “Melalui pelatihan ini, FISIP Unsoed turut berkontribusi terhadap pencapaian SDGs, dengan memastikan proses pendidikan berjalan dalam lingkungan yang menjunjung tinggi kesetaraan, keadilan, dan perlindungan bagi setiap individu,” ucapnya.
Pelatihan berlangsung dengan metode pemaparan, diskusi, praktik, hingga role play penanganan kasus berbasis empati. Setelah kegiatan inti, peserta masih melanjutkan dengan penugasan dan konsultasi pada 12–14 Juni 2025 sebagai bagian dari pendalaman materi.
Dengan pelatihan ini, FISIP Unsoed tidak hanya menegaskan peran strategis dosen PA dalam mendukung keberhasilan studi mahasiswa, tetapi juga memperkuat kontribusi perguruan tinggi dalam mewujudkan kampus yang berkeadilan gender, bebas kekerasan, dan inklusif—sebuah fondasi penting dalam membangun pendidikan berkualitas untuk semua.