
Purwokerto, 6 Agustus — Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman (HI Unsoed) kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kapasitas riset para dosen dan peneliti. Melalui kegiatan Workshop Pitching International Research ini, para peserta mendapatkan pembekalan intensif untuk menyusun proposal penelitian yang tidak hanya kuat secara akademis, tetapi juga mampu menarik minat lembaga donor.
Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Sidang FISIP Unsoed ini diikuti oleh dosen dari berbagai jurusan di lingkungan FISIP, mulai dari Hubungan Internasional, Administrasi Publik, hingga Ilmu Komunikasi. Beberapa alumni HI Unsoed juga turut hadir, menambah keberagaman peserta dan perspektif dalam diskusi. Antusiasme peserta terlihat sejak awal acara, mengingat tema yang diangkat sangat relevan dengan tantangan para peneliti saat ini.
Dekan FISIP Unsoed, Prof. Dr. Slamet Rosyadi, S.Sos., M.Si., hadir secara langsung untuk membuka acara sekaligus mengikuti kegiatan sebagai peserta. Dalam sambutannya, Prof. Slamet menyampaikan bahwa menulis proposal penelitian bukan hanya perkara menyusun metodologi atau kajian teori, tetapi juga soal bagaimana mengemas ide secara meyakinkan bagi calon pemberi dana. Menurutnya, workshop ini menjadi langkah strategis untuk membekali para dosen dengan keterampilan yang akan memastikan proposal mereka dapat bersaing dan lolos seleksi pendanaan. Ia berharap kegiatan serupa bisa terus diadakan agar penelitian di lingkungan FISIP Unsoed semakin berkualitas dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Workshop menghadirkan narasumber berpengalaman, Atin Prabandari, Ph.D., dosen dan peneliti dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada. Atin dikenal luas melalui keahliannya di bidang humanitarian governance, keamanan internasional, serta pendekatan feminis dan dekolonial dalam studi Hubungan Internasional. Pengalamannya terlibat dalam berbagai proyek riset kolaboratif internasional yang didanai UN Women, Australian National University, dan lembaga donor bergengsi lainnya menjadikannya sosok yang tepat untuk mengulas strategi penulisan proposal yang siap didanai.
Dalam pemaparannya, Atin menekankan pentingnya memahami struktur proposal yang solid melalui kerangka “Why–What–How–So What”. Menurutnya, sebuah proposal harus mampu menjawab mengapa riset perlu dilakukan, apa yang akan diteliti, bagaimana metode yang akan digunakan, serta apa dampak yang dihasilkan. Ia juga menyoroti perlunya menyesuaikan bahasa dan isi proposal dengan karakter lembaga donor, baik itu Bank Indonesia, UN Women, LPDP, maupun lembaga lainnya, sehingga pesan yang disampaikan dapat tepat sasaran.
Materi yang disampaikan tidak hanya berfokus pada aspek teknis penulisan, tetapi juga pada seni menyampaikan ide agar terdengar relevan, segar, dan aplikatif. Atin memberikan contoh nyata dari proposal-proposal yang berhasil mendapatkan pendanaan, termasuk strategi meyakinkan donor melalui rencana diseminasi hasil penelitian. Menurutnya, donor perlu diyakinkan bahwa hasil riset akan memberikan manfaat praktis, sehingga aspek implementasi menjadi salah satu bagian penting dalam penilaian.
Kegiatan workshop ini semakin menarik ketika Atin melakukan review langsung terhadap proposal riset milik dosen-dosen HI Unsoed. Proses ini mengungkap kekuatan dan kelemahan proposal yang diajukan, disertai masukan spesifik untuk perbaikan. Studi kasus review proposal untuk Bank Indonesia menjadi sorotan, memperlihatkan bahwa keberhasilan sebuah proposal sangat ditentukan oleh kesesuaian topik dengan kebutuhan donor, metode penelitian yang realistis, luaran kebijakan yang jelas, serta penggunaan bahasa yang komunikatif.
Tidak berhenti pada sesi teori dan review, peserta juga diajak untuk mempraktikkan pembuatan mini proposal secara berkelompok. Dengan bimbingan narasumber dan dukungan teknis dari asisten laboratorium HI, SCGS, suasana diskusi berlangsung hidup. Peserta saling bertukar ide, berkolaborasi, dan mencoba menerapkan strategi yang telah dipaparkan sebelumnya. Melalui sesi praktik ini, teori yang disampaikan dapat langsung diuji coba, sehingga peserta memperoleh pengalaman langsung dalam menyusun proposal yang siap bersaing.
Bagi banyak peserta, workshop ini memberikan sudut pandang baru bahwa menulis proposal bukanlah proses administratif semata, melainkan sebuah seni membangun narasi yang menghubungkan ide penelitian dengan kepentingan donor. Penekanan pada kebaruan ide, relevansi dengan isu aktual, metode yang terukur, serta potensi dampak riil menjadi kunci keberhasilan dalam memperoleh pendanaan. Seorang peserta mengungkapkan bahwa ia selama ini lebih fokus pada kekuatan akademik, namun kini menyadari pentingnya membangun narasi yang mampu meyakinkan pihak donor akan manfaat penelitian yang diajukan.
Dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, diharapkan para peserta dapat meningkatkan kualitas proposal mereka, baik untuk kompetisi pendanaan nasional maupun internasional. Workshop ini juga diharapkan menjadi pemicu bagi FISIP Unsoed untuk terus mengadakan kegiatan serupa, sehingga semakin banyak dosen dan peneliti yang terampil dalam melakukan pitching ide riset kepada donor.
Pada akhirnya, keberhasilan workshop ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas peneliti bukan hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga berkontribusi pada penguatan institusi secara keseluruhan. Dengan kemampuan menulis proposal yang efektif, para dosen di FISIP Unsoed diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang berkualitas, berdampak luas, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi FISIP Unsoed untuk menjadi pusat pengembangan ilmu sosial dan politik yang memiliki daya saing global.
Penulis: Alifta Faizzarani