Seminar Nasional “Anak, Perempuan dan Perubahan Sosial”, Akhiri Rangkaian Kegiatan Dies FISIP 2016

Sebagai puncak kegiatan Dies Natalis FISIP Unsoed ke 32, Senin (21/11) FISIP gelar seminar nasional. Seminar Nasional yang mengangkat tema “Anak, Perempuan dan Perubahan Sosial”, menghadirkan pembicara Arist Merdeka Sirait dari Komnas Perlindungan Anak, Nurul Qoiriyah dari International Organization Migration, Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo dan Nanag Martono dari FISIP Unsoed. Acara yang dihadiri tidak kurang dari 300 peserta dari beberapa perguruan tinggi, praktisi, LSM dan mahasiswa ini dimoderatori oleh Tri Wuryaningsih.

Anak merupakan aset masa depan sebuah bangsa. Dalam laporannya, Ketua Panitia Dr. Tyas Retno Wulan, menyampaikan, “Perubahan zaman yang sangat cepat memberikan dampak negative bagi anak, peningkatan kekerasan pada anak dan perempuan serta peningkatan variasi bentuk kekerasan, menjadi dasar diselenggarakannya seminar ini, diharapkan, kegiatan Seminar Nasional ini menjadi kontribusi FISIP Unsoed dalam menangani kekerasan pada anak dan perempuan”. Harapan yang sama juga disampaikan Dekan FISIP Dr. Ali Rokhman dalam sambutannya yang menyatakan kekerasan pada anak dan perempuan akan berhenti jika ada kerjasama dari berbagai komponen bangsa. Wakil Rektor Bidang II, Nurul Anwar, PhD., yang mewakili Rektor, dalam sambutan pembukaannya menegaskan, pelaksanaan seminar nasional ini bisa menjadi sarana ibadah kita, dengan memanfaatkan kesempatan yang diberikan Alloh SWT untuk kebaikan dan perbaikan bangsa serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Dalam paparannya Nanang Martono, PhD., menyampaiakan, “Anak dan perempuan selalu menjadi korban ketidak adilan dalam system social patriarki, kondisi ini didukung oleh system pendidikan yang kapitalistik dan masih mengandung bias gender yang menempatkan laki-laki dan perempuan pada stereotype yang berbeda, sehingga sekolah secara tidak langsung ikut berperan mewujudkan ketidakramahan pendidikan. Meski pendapat tersebut ada benarnya, akan tetapi penciptaan suasana tidak adil dan bias gender sangat tergantung dari para pemangku kepentingan, “untuk itu perlu diputus mata rantai kekerasan pada anak melalui penegakan hukum dan pendidikan yang adil dan ramah anak”, tegas Arist Merdeka Sirait. Dengan peningkatan pendidikan dan kesadaran maka diharapkan pengetahuan dan kesadaran manusia tentang perdagangan manusia dan komponen-komponen pendukungnya akan meningkat. Hal ini sejalan yang dilakukan Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo dalam menangani pelacuran di Kabupaten Batang dengan Rumah Sadarnya.

Maju Terus FISIP Unsoed…Pantang Menyerah….!!!