Rhizome Gelar Ramadhan Bergejolak “Harmonisasi Budaya dan Agama”

Ditengah suasana Ramadhan, dengan mengambil tempat di Aula FISIP Unsoed Jum’at (24/5) lalu Rhizom gelar diskusi yang bertema “Harmonisasi Budaya dan Agama”. Hadir sebagai narasumber pada acara kali ini Pebina Rhizome Haryadi, Ph.D., Stevanus Roy pemuka agama Kristen -protestan, Agus Wahyudi dari komunitas Gusdurian dan Budayawan Banyumas Titut Edi Purwanto.

Acara diawali dengan nonton bareng film tentang harmoni budaya dan agama. Film ini menggambarkan persentuhan yang kuat antara agama dan budaya. Banyak contoh  suatu saat kebudayaan dipengaruhi oleh agama, tapi saat yang lain agama dipengaruhi oleh kebudayaan. Misalnya tari seudati di aceh yang bernafaskan sufi, menunjukkan budaya dipengaruhi agama. Akulturasi budaya sudah terjadi sejak dulu, seperti tradisi slametan, budaya selamatan awalnya praktek hindu budha yang kemudian dilanjutkan. Namun demikian bisa jadi kegiatan tersebut merupakan cara untuk menebarkan suatu agama seperti yang dilakukan walisanga. Menurut Haryadi, “Agama merupakan ekspresi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tertentu”. Sesuatu yang memaksa individu dan berlaku pada semua anggota masyarakat (Emile Durkheim). Ada yang bilang budaya itu elastis, sedangkan agama sudah pasti, namun dalam prakteknya agama harus elastis,” jelasnya.

Menurut Titut Edi Purwanto, “Budaya diciptakan oleh leluhur hanya ingin anak cucunya pada selamet, sedangkan agama diciptakan oleh Tuhan, diturunkan dari langit ingin menyelematkan manusia”. Hal ini menunjukkan budaya dan agama merupakan mata rantai yang saling berdampingan tanpa adanya kontradiksi. Senja tidak akan berkhianat terhadap warna jingganya, karena warna jingganya selalu dinanti anak cucu, jelasnya.

Agama dalam sosiologi ada dua hal, ada yang bersifat ilahiah, namun ada juga pemahaman. Sebenarnya esensi agama sudah ada dalam pribumi itu sendiri, karena nilai-nilai agama yang mengatur hubungan antar sesame makhluk hidup merupakan nilai-nilai manusiawi. Lebih lanjut dijelaskan,”Ketika Nabi menerima wahyu dari Tuhan, sebenarnya diawali adanya masalah pelanggaran yang dilakukan suatu kaum di bumi, untuk itulah Agama mengingatkan akan jati diri manusia”. Yang membedakan antar agama satu dengan agama lain soal konseptual dan cara beribadah. “Agama merupakan cerminan dari kenyataan yang muncul, bahasa yang digunakan melihat budayanya. Agama yang mengajarkan manusia untuk mencintai lingkungannya,” pungkasnya.

Maju Terus FISIP Unsoed….Tidak kenal Menyerah…!!!