Kuliah Umum Dr. Ito Sumardi, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar 2014-2019

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada tanggal 16 Oktober mengadakan kuliah umum dengan pembicara praktisi. Pada kuliah umum kali ini, pembicara yang didatangkan adalah Dr. Ito Sumardi, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar 2014-2019. Sebelum menjabat sebagai Duta Besar untuk Myanmar, beliau pernah menjabat sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Polri, dan saat ini juga menjabat sebagai komisaris perusahaan multinasional, yaitu JAPFA. Selama menjabat sebagai Duta Besar, Dr. Ito Sumardi pernah dianugerahi Hassan Wirajuda Award sebagai bentuk penghargaan duta besar terbaik.

Dalam kuliah umum yang dimoderatori oleh dosen Jurusan Hubungan Internasional, yaitu Tundjung Linggarwati, Msi, Pak Dubes Ito Sumardi memaparkan visi dan misi Politik Luar Negeri Indonesia, dan prioritas utama diplomasi kita adalah Diplomasi Ekonomi. Dr. Ito Sumardi dalam kuliah umum ini menyampaikan kebijakan diplomasi kemanusiaan Indonesia dalam membantu konflik di Myanmar sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yaitu “ikut mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”, serta landasan hukum international Indonesia, Landasan IDIL, konstitusional dan operasional. Kemudian sasaran strategis di KBRI Yangon Myanmar yaitu penguatan kerjasama bilateral, peningkatan & Peran Partisipasi RI dalam menyelesaikan konflik/Isu-isu yang bersifat strategis yang berdampak pada kepentingan nasional. Selain itu juga peningkatan kerjasama pada sektor Ekonomi terutama memanfaatkan peluang bidang investasi & Ekspor impor serta meningkatkan dukungan pemerintah Myanmar atas peran KBRI Yangon dalam menindaklanjuti kebijakan Luar Negeri serta dukungan terhadap kesepakatan Internasional.

“Dengan peran serta politik luar negeri Indonesia terhadap Myanmar mengenai permasalahan terkait  isu Rohingnya harus segera dituntaskan secara adil dan beradab karena berdampak bagi Pemerintah Indonesia (Eksodus, sentimen keagamaan, pelanggaran HAM). Hal ini dengan melalui pendekatan Non Intervensi, Non Megaphone dan Inclusive, dengan fokus bantuan kemanusiaan”, demikian yang diungkapkan oleh pak Duta Besar Ito Sumardi.

Setelah pemaparan dari pemateri ini dilanjutkan sesi diskusi dan tanya jawab oleh para mahasiswa yang sangat antusias dalam menyampaikan pertanyaan.

Maju Terus Pantang Mundur, FISIP..Yes!!!