HI UNSOED dan BPPK KEMENLU mengadakan Forum Debriefing “Duta Besar Berbagi Ke Kampus”

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI bekerja sama dengan Jurusan Hubungan Internasional Fisip Universitas Jenderal Soerdirman (UNSOED) dan Korps Mahasiswa Hubungan Internasional UNSOED Purwokerto, Purwokerto, menggelar Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI secara virtual. Dalam kesempatan tersebut, Bapak Budhy Santoso (Duta Besar RI untuk Panama merangkap Honduras, Kosta Rika, & Nikaragua periode 2016 – 2020) dan Ibu Amelia Achmad Yani (Duta Besar RI untuk Bosnia dan Herzegovina periode 2016 – 2020) berbagi pengalaman dan kiprah mereka sebagai Kepala Perwakilan di negara akreditasi, selain itu juga menyampaikan berbagai potensi kerja sama yang masih dapat digali oleh Pemerintah Indonesia.

Forum dibuka oleh Kepala Pusat P2K2 Amerika dan Eropa BPPK, Bapak Dr. Ben Perkasa Drajat, Rektor UNSOED, Bapak Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S, dan Bapak Dr. Djarot Santoso, M.S, Dekan FISIP UNOSED. Acara diskusi dipandu oleh Ibu Listyowati (Diplomat Ahli Madya, P3K2 Amerop BPPK), dengan Bapak Arif Darmawan, S.IP, M.Si (Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UNSOED) sebagai pembahas.

Dalam kesempatan ini, Duta Besar Budhy Santoso berbagi pengalaman sebagai Kepala Perwakilan RI dan informasi terkait hubungan dan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Panama serta negara rangkapan KBRI Panama. Pada Kesempatan tersebut, Duta Besar Budy Santoso menyampaikan informasi mengenai geopolitik Panama sebagai salah satu Pelabuhan terbesar di Pacific Rim, dan didukung oleh Terusan Panama yang merupakan penghubung jalur perdagangan dari Pasifik ke Atlantik. Tren perdagangan ekonomi dari tahun 2015 – 2020 mengalami tren positif di Nikaragua dan Honduras, dan tren negative di Panama dan Kosta Rika. Namun kinerja diplomasi ekonomi KBRI Panama mengalami peningkatan khususnya pada saat dunia diterpa oleh pandemic COVID-19. Selain itu, kerja sama pendidikan, maritim, dan politik mengalami kemajuan yang positif dimana salah satunya adalah kunjungan Wakil Presiden merangkap Menteri Luar Negeri Panama, Y.M. Isabel de Saint Malo de Alvarado ke Indonesia, dimana kunjungan tersebut menandai babak baru hubungan diplomatik kedua negara sebagai kunjungan kerja pertama pejabat tinggi dari Panama ke Indonesia sejak pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Panama tahun 1979. Dubes juga menekankan perlu adanya proaktif dari pemerintah daerah di Indonesia untuk menjajagi peluang ekonomi karena keempat negara akreditasi KBRI Panama City yaitu Panama, Honduras, Kosta Rika dan Nikaragua memiliki karakteristik masing-masing dan terdapat banyak peluang kerja sama yang dapat dilakukan secara G-to-G maupun B-to-B.

Duta Besar Amelia Achmad Yani dalam paparannya menyampaikan pengalaman selama menjadi Duta Besar di Bosnia – Herzegovina, mulai saat masyarakat setempat kurang mengenal Indonesia hingga nama dan budaya Indonesia dikenal secara luas oleh masyarakat dan Pemerintah setempat yang disebabkan aktivitas diplomasi budaya yang intens dilakukan KBRI Bosnia-Herzegovina. Dubes Amelia Achmad Yani juga memberikan gambaran yang komprehensif mengenai situasi sosial budaya serta pembangunan paska perang yang terjadi di Bosnia – Herzegoviina. Dubes juga memberikan informasi mengenai peningkatan persentase perdagangan Indonesia dan Bosnia-Herzegovina yang sangat tinggi mencapai 300%, meskipun dengan anggaran KBRI yang terpaksa mengalami pemotongan signifikan karena pandemic COVID-19. Ekspor Indonesia ke Bosnia-Herzegovina diarahkan pada usaha menengah dan kecil, produk kelapa sawit, produk kayu dan turunannya hingga produk industri besar seperti mesin dan elektronik. Dubes Amelia menggarisbawahi perlunya upaya-upaya untuk meningkatkan Kerjasama perdagangan Indonesia – Bosnia-Herzegovina, khususnya terkait Kerjasama perdagangan dan joint production peralatan militer dari Bosnia-Herzegovina ke Indonesia yang telah memenuhi standar NATO.

Selanjutnya Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Multilateral BPPK, Bapak Rio Budhi Rahmanto, Ph.D berkemsempatan memberikan paparan kajian Vegetable Oil dan TABLEAU dan kontribusinya terhadap Sustainable Development Goals pada saat gencarnya misinformasi dan diskriminasi terhadap minyak nabati kelapa sawit di dunia internasional, seperti di Uni Eropa, Pakistan dan Rusia. Kepala Pusat Rio Budhi Rahmanto menambahkan bahwa Indonesia telah dengan gencar pula melakukan diplomasi minyak nabati dengan mengarusutamakan dan merubah narasi kontribusi dan mendorong penerapan standar keberlanjutan minyak sawit dalam SDGs, serta terus berupaya untuk melakukan kajian positif minyak nabati demi mendukung proses diplomasi diseluruh tingkat kerjasama internasional. Kepala Pusat Rio Budhi Rahmanto menutup paparannya dengan pernyataan bahwa semua minyak nabati berkontribusi dalam pencapaian SDGs, dimana minyak sawit, kedelai dan minyak biji bunga matahari berkontribusi besar pada sejumlah indicator SDGs
Menurut Ketua Panitia, Dr. Agus Haryanto, Pendaftar untuk forum Debriefing diikuti setidaknya 569 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari UNSOED maupun perguruan tinggi lain, Pemerintah Daerah, BUMN, media, perwakilan RI di luar negeri, serta berbagai satuan kerja terkait di Kementerian Luar Negeri, baik melalui platform zoom maupun streaming youtube HI UNSOED. Peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti jalannya forum. Dalam sesi tanya jawab, peserta aktif menggali informasi terkait pengalaman dan peluang kerja sama dari para Duta Besar yang hadir sebagai narasumber. Hal tersebut menunjukkan bahwa forum Debriefing selain sebagai wadah berbagi pengalaman dan pengetahuan para-Duta Besar, juga dapat menjembatani kerja sama antara Perguruan Tinggi dan para pelaku usaha dengan Perwakilan RI.