PIK-M Aksiologi adakan Pelatihan Public Speaking dan Pembekalan Materi Kependudukan

Pada hari Sabtu (10/3/2018), telah berlangsung acara Pelatihan Public Speaking dan Pembekalan oleh DPPKBP3A (Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) yang merupakan salah satu program kerja PIK-M Aksiologi dari bidang Lifeskill.

Acara tersebut bertempat di Aula FISIP Unsoed. Materi Pelatihan Public Speaking disampaikan oleh Vienkan Bahraiys Khotam yang saat ini menjabat sebagai Ketua GenBI Purwokerto, sedangkan pembekalan mengenai Program kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga serta Advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) Kesehatan Reproduksi Remaja diberikan oleh Ibu Titi Cahyani, S.H., M.M. dan Ibu Zubaidah, S.K.M., M.H. yang merupakan perwakilan dari DPPKBP3A.

Dalam materi Public Speaking yang disampaikan oleh mahasiswa semester akhir Kesehatan Masyarakat Unsoed ini disebutkan bahwa public speaking dibagi menjadi empat, yaitu pendidikan, marketing, multimedia, dan komunikasi. Perbedaan yang paling mudah diamati adalah trik dan cara penyampaiannya. Terdapat tiga aturan yang harus dilaksanakan oleh public speaker yang biasa disebut dengan KPK (Kenali diri kalian, Pahami public speaking, dan Kerjakan tekniknya). Lalu, bagaimana cara mengenali diri? Cara mengenali diri dapat dimulai dengan kemauan, berpikir positif, serta menjadikan guru yang hebat sebagai acuan. Gerakan saat seorang public speaker juga menjadi kunci utama untuk membuat audience tertarik dengan materi yang akan disampaikan. Praktis gerak tersebut meliputi postur tubuh (badan, tangan, dan kaki), gerak, dan segitiga pandangan. Sikap sempurna saat menyampaikan materi membuat public speaker terlihat lebih berwibawa serta percaya diri terhadap apa yang akan disampaikannya.
Selanjutnya materi mengenai program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga oleh Ibu Titi Cahyani, beliau menyebutkan permasalahan pokok yang dihadapi BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) saat ini yaitu jumlah penduduk besar dengan potensi kelahiran yang besar, struktur penduduk terbesar pada kelompok remaja dan produktif, CPR (Crude Birth Rate) tidak berdampak penurunan TFR (Total Fertility Rate), dan disparitas capaian indikator kinerja cukup besar. BKKBN sendiri memiliki beberapa agenda, salah satunya adalah pembangunan kependudukan dan keluarga berencana dengan tujuan meningkatkan akses layanan KBKR (Kelompok Bimbingan Konseling Remaja) yang merata dan berkualitas, meningkatkan pembinaan peserta keluarga berencana MKJP (Metode KB Jangka Panjang) atau non MKJP, serta meningkatkan pemahaman remaja mengenai KBPR.

Pemberian advokasi dan KIE pada kesehatan reproduksi remaja menurut Ibu Zubaidah sangatlah penting, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi juga anggapan bahwa mempelajari kesehatan reproduksi merupakan hal yang tabu. Pemikiran-pemikiran seperti itulah yang seharusnya disingkirkan, mengingat betapa butanya remaja terkait dengan kesehatan reproduksi. Dalam delapan fungsi keluarga telah dijabarkan bagaimana langkah yang harus diambil untuk memberikan wawasan mengenai kesehatan reproduksi dimulai dari keluarga. Tentunya langkah ini merupakan salah satu hal positif agar secara perlahan masyarakat tidak lagi menganggap hal-hal semacam itu sebagai suatu hal yang tabu.