FISIP Selenggarakan Kuliah Umum dari Royal University dan OP Jindal University

Sebagai salah satu rangkaian dari kegiatan ASEAN+ International Office Network, masing-masing delegasi diminta memberikan Kuliah Umum di beberapa Fakultas sesuai dengan kepakarannya. Dua diantara delegasi tersebut memberikaan Kuliah Umum di FISIP Unsoed, yaitu Sam Alh Sambath Sreysor dari Royal University of Phnom Penh Cambodia dan Kalyani Unkule Associate Professor, Jindal Global Law School Indian and Directur International Affairs and Global Initiatives,  dengan tema “International Relations dan Intercultural Understanding, Selasa (10/10) di Aula FISIP.

Acara yang difasilitisasi Kantor Layanan Internasional (IRO) Unsoed ini, dibuka oleh Wakil dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Ahmad Sabiq, MA. Dalam sambutannya disampaikan bahwa untuk mencapai visi Unsoed sebagai world class civic university, FISIP perlu melakukan berbagai kegiatan yang mengarah pada tujuan tersebut, sejauh ini FISIP telah menjalin sejumlah kerjasama dengan universitas luar negeri dalam bentuk seminar bersama dan mobilisasi dosen dan mahasiswa. Untuk meningkatkan kualitas perkuliahan, Fisip juga sering mengundang dosen tamu dari luar negeri. “Kehadiran Dosen Tamu dari luar negeri pagi ini diharapkan dapat memberi wawasan baru kepada mahasiswa Fisip Unsoed dan kegiatan kerjasama akan semakin kuat di masa depan, semoga forum ini benar-benar bisa merangsang dan  menciptakan atmosfir akademis internasional di FISIP pada khususnya dan Unsoed pada umumnya”, tegasnya.

Dihadiri tidak kurang dari 150 orang mahasiswa FISIP dan beberapa dosen,  Sam Alh Sambath Sreysor memaparkan tentang Regionalisme untuk Negara Kecil dan Wakil Versa, studi kasus ASEAN dan Kamboja. Kepentingan nasional Kamboja adalah Kedaulatan dan integritas teritorial, keamanan dan stabilitas politik, pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan, dan bangunan citra identitas. Untuk itu perlu kerjasama internasional dalam kawasan tertentu seperti ASEAN. Keterkaitan kuat yang dimiliki anggota ASEAN di antara mereka memungkinkan mereka bernegosiasi dan tawar menawar dengan negara-negara ketiga dengan keyakinan dan kesuksesan yang lebih besar.

Sedangkan  Kalyani Unkule menyampaikan Pemahaman antarbudaya: Tantangan dan prospek. Tema perbedaan budaya atau peradaban tetap relevan dibahas, di mana budaya (baik lokal maupun global), tradisi dan modernitas bertabrakan. Benturan peradaban akan mendominasi politik global. Identitas kelompok bukan kategori alami; Mereka muncul dari interaksi sosial. Kebijakan multikultural berusaha membangun jembatan antara negara dan masyarakat minoritas dengan mencari organisasi masyarakat dan pemimpin tertentu untuk bertindak sebagai perantara. “Kebijakan multikultural berusaha membangun jembatan antara negara dan masyarakat minoritas dengan mencari organisasi masyarakat dan pemimpin tertentu untuk bertindak sebagai perantara, yang bisa mengkomunikasikan sehingga bisa tercapai pemahaman budaya atau peradaban yang pada akhirnya dapat terencapai harmoni universal”, pungkasnya

Maju Terus FISIP Unsoed…Pantang Menyerah !