Aksesibilitas Bukan Masalah Jumlah

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, Ahmad Sabiq menjadi pembicara pada International Conference on Social Transformation, Community and Sustainable Development 2017 di Promenade Hotel, Kota Kinabalu,  Malaysia pekan lalu.

Sabiq mempresentasikan paper yang bertajuk “The Political Literacy of People with Visual Impairment During 2014 General Election in Banjarnegara” pada konferensi international,  kolaborasi antara Universiti Malaysia Sabah, UniSZA dan IMUS Institute Philippines.

“Aksesibilitas bagi para difabel netra dalam pemilu bukanlah karena persoalan berapa jumlah mereka, akan tetapi memang hal itu adalah hak asasi yang melekat dan harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya, ” ujar Sabiq. Ia menegaskan hal tersebut untuk menjawab pertanyaan seorang akademisi dari Brunei Darussalam mengenai apakah dari sisi jumlah para difabel netra cukup signifikan.

“Penyediaan aksesibilitas adalah wujud keadaban suatu bangsa, ” tambah Sabiq. Menurutnya, kaum difabel netra telah berupaya untuk turut berpartisipasi dalam pemilu, hanya saja akses mereka terhadap informasi terbatas. Apalagi sebagian besar informasi pemilu tersaji secara visual.

Dalam temuannya para difabel netra memiliki kualitas kemelekan politik yang berbeda-beda. Keberagaman kualitas kemelekan politik ini tidak lepas dari hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya kondisi melek politik mereka antara lain keterlibatan pada organisasi difabel, latar belakang pendidikan dan intensitas dalam mengakses beragam informasi.

Mereka yang terlibat aktif dalam organisasi difabel, memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan yang intens dalam mengakses beragam informasi memiliki kualitas kemelekan politik yang lebih baik. Namun demikian secara umum pemahaman konsep dasar tentang politik masih perlu ditingkatkan.

Karenanya kaum difabel netra membutuhkan bukan sekedar sosialisasi pemilu, akan tetapi pendidikan politik terkait pemahaman konsep dasar dan informasi faktual tentang politik.  Intensitasnya pun perlu ditingkatkan serta menyentuh segmen yang lebih luas terutama difabel netra yang tidak ikut tergabung aktif dalam organisasi difabel.

Selain itu, komunitas difabel netra mesti dilibatkan dalam merumuskan dan mendesain media informasi dan sosialisasi yang tepat bagi mereka yang disesuaikan dengan karakteristik kedifabelan dan kemampuan mereka.